Selasa, 23 Juni 2009

KISAH SEEKOR KUPU-KUPU

Seseorang menemukan kepompong seekor kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk mengamati dalam beberapa jam calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu.

Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayap mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin
akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Semuanya tak pernah terjadi.
Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang.

Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah proses Alami yang di gariskan Allah SWT, untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Moral
Kadang-kadang perjuangan adalah suatu yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Allh SWT membiarkan kita hidup tanpa hambatan perjuangan, itu mungkin justru akan melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya yang dibutuhkan untuk menopang cita-cita dan harapan yang kita mintakan.
Kita mungkin tidak akan pernah dapat “Terbang” Sesungguhnya Allah SWT itu Maha Pengasih dan maha Penyayang. Kita memohon Kekuatan…Dan Allah SWT memberi kita kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar. Kita memohon kebijakan…Dan Allah SWT memberi kita berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana.
Kita memohon kemakmuran…Dan Allah SWT memberi kita Otak dan Tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran. Kita memohon Keteguhan Hati…Dan Allah SWT memberi Bencana dan Bahaya untuk diatasi. Kita memohon Cinta…Dan Allah SWT memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai.
Kita memohon Kemurahan Kebaikan Hati…Dan Allah SWT memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti. Begitulah cara Allah SWT membimbing Kita… Apakah jika saya tidak memperoleh yang saya inginkan, berarti bahwa saya tidak mendapatkan segala yang saya butuhkan?
Kadang Allah SWT tidak memberikan yang kita minta, tapi dengan pasti Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita, kebanyakan kita tidak mengerti mengenal, bahkan tidak mau menerima rencana Tuhan, padahal justru itulah yang terbaik untuk kita. (Anonymous)

—Wallahu alam—

Tags:
Kisah tentang apel

December 16, 2008 by Administrator
Filed under Cerita Teladan

Comments Off

Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yangamat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut Masa berlalu… anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. “Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohonapel itu.” Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemarbermain dengan engkau,” jawab remaja itu.” Aku mahukan permainan. Aku perlukan wang untukmem belinya,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih.Lalu pohon apel itu berkata, ”

Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan.”
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa berlalu…Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.”Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkahkau menolongku?” Tanya anak itu.”

Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kauboleh memotong dahan-dahan ku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.” Pohon apel itu memberikan cadangan.Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong kesemuadahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagiselepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telahmatang dan dewasa.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohonapel itu.” Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yangsuka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai boat. Bolehkah kau menolongku?” tanya lelaki itu.”

Aku tidak mempunyai boat untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan boat. Kau akan dapat belayar dengangembira,” kata pohon apel itu. Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apelitu.”

Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untukdiberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangkuuntuk kau buat boat. Aku hanya ada tunggul dengan akaryang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nadapilu.”
Aku tidak mahu apelmu kerana aku sudah tiada bergigiuntuk memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana akusudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu kerana aku berupaya untuk belayar lagi, akumerasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tuaitu.”

Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohonapel itu.Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangiskegembiraan.
Tersebut. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapa kita. Bilakita masih muda, kita suka bermain dengan mereka.Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuanmereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka,dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dangembira dalam hidup.Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikapkejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, ituhakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kinimelayan ibu bapa mereka. Hargailah jasa ibu bapakepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa menyambut hari ibu dan hari bapa setiap tahun
sumber :L http://masenchipz.com/



Read More...

SEPENGGAL SURAT DARI AYAM

Maafkan aku kalau tulisanku ini mengganggumu. Aku sendiri juga tidak yakin apakah benar menulis surat ini atau tidak. Tapi, kupikr, jika surat ini tidak pernah ada, mungkin tidak akan lagi ada kesempatan. Dengan tulisan ku yang berantakan ini ha.. ha.. kamu menyebutnya cakar ayam, semoga masih bisa terbaca, aku memberanikan diri.

Masih teringat, tiap pagi kamu selalu telat bangun. Sulit sekali untukmu bangun pagi. Sering kali kamu tidak sarapan, langsung saja berangkat. Lihat saja, badan kamu jadi kurus begitu. Tahukah kamu? Aku sangat sedih. Aku bertekad berbuat sesuatu untukmu. Tiap pagi aku akan bangun pagi-pagi, aku akan teriak terus sampai kamu bangun. Sering kali, tenggorokanku sakit, suaraku hilang, tapi aku tetap berusaha teriak sampai kamu bangun. Sekarang mungkin kamu harus berjuang sendiri,
maafkan aku, aku tidak bisa lagi membangunkanmu.

Kata dokter, telurku banyak mengandung protein. Aku begitu bahagia bisa
memberikan sesuatu dari diriku untukmu. Memang aku sulit sekali menerima ini, aku begitu sulit bertelur dengan harapan dapat anakku dapat segera menetas. Tapi sepertinya harapan itu tidak akan pernah terwujud. Setidaknya aku bisa melihatmu sehat karena telurku. Aku tidak pernah menyesal, karena aku mengasihimu, aku sangat mengasihmu.

Akhir-akhir ini, aku merasa aneh, daging pada tubuhku terasa membengkak, terutama bagian pahaku. Aku mulai bertanya kapan aku terakhir fitness. Tapi rupanya itu bukan hasil fitnessku selama ini, kamu telah melakukan sesuatu padaku. Seingatku sering kali aku tertusuk jarum yang tajam dan setelah itu, terasa ada carian yang masuk ke tubuhku. Pertama-tama kukira dengan badanku seperti ini, kamu ingin aku jadi atlit binaraga. Aku begitu bahagia, kamu begitu memperhatikanku. Ketika aku diangkut ke truk bersama teman-temanku, aku masih berpikir aku akan pergi ikut turnamen binaraga. Aku begitu bahagia berpikir bisa membawa pulang piala buatmu sampai aku sadar tempat apa yang kami tuju. Aku melihat teman-temanku sudah terkapar, darah mengucur dimana-mana, mereka sudah tidak beryawa. Teriakanku tertahan, Ini bukan gedung turnamen, ini adalah rumah jagal. Akhirnya
aku mengerti, ternyata aku disuntik supaya dagingku besar, kamu akan
menikmati dagingku. Tapi semua itu sudah terlambat. Aku takut sekali, aku ingin lari keluar tapi aku tak bisa, aku tak berdaya.

Satu-persatu temanku dimasukkan ke dalam sebuah alat yang besar,
teriakan mereka begitu menyayat hati. Aku tahu pasti, sebentar lagi aku akan merasakannya. Aku heran, suara teriakan yang begitu keras, tidakkah itu mengganggumu? Mungkin kamu tidak mendegarnya atau lebih tepatnya tidak mau mendengarnya? Bukankah kita sama-sama mahkluk ciptaan Tuhan? Bukankah dulu kita saling mengasihi? Kenapa kamu berubah begitu cepat? Apakah aku benar-benar tidak bermakna di matamu?

Waktuku sudah hampir habis, sebentar lagi akan tiba giliranku. Sudah tidak ada gunanya lagi aku berbicara terlalu banyak. Ketika kamu membaca surat ini, aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Hmm, mungkin juga aku sudah berada dalam perutmu!

Tapi ada satu hal yang aku ingin sekali kamu tahu, bahwa aku masih mengasihmu, saudaraku. Aku doakan semoga kamu bisa hidup bahagia denga kasih. Semoga pengorbananku ini bermakna bagimu. Aku masih terus menantikan hari dimana kita bisa hidup bersama, saling mengasihi. Mungkinkah hari itu akan tiba?

sumber :http://ciptoadhisetiawan.blogspot.com —> anonim



Read More...

MENULIS DIATAS PASIR

Kisah tentang 2 orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Ditengah perjalanan, mereka bertengkar dan salah seorang tanpa dapat menahan diri menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir Hari Ini, Sahabat Terbaik Ku Menampar Pipiku Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang untuk menyejukkan galaunya. Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Namun, ternyata oasis tersebut cukup dalam sehingga ia nyaris tenggelam, dan diselamatkanlah ia oleh sahabatnya.Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu,

Hari Ini, Sahabat Terbaik Ku Menyelamatkan Nyawaku Si penolong yang pernah menampar sahabatnya tersebut bertanya,Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu? Temannya sambil tersenyum menjawab,Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya diatas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila dalam antara sahabat terjadi sesuatu kebajikan sekecil apa pun, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tetap terkenang tidak hilang tertiup waktu. Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karenanya cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu. Marilah kita belajar menulis diatas pasir

sumber :http://ciptoadhisetiawan.blogspot.com —> anonim



Read More...

KEPITING DAN KETELADANNYA

Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting, tapi tidak banyak yang tahu sifat kepiting. Semoga Anda tidak memiliki sifat kepiting yang dengki. Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting sawah. Kepiting itu ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat. Kepiting-kepiting itu dengan mudah ditangkap di malam hari, lalu dimasukkan ke dalam baskom/wadah, tanpa diikat.

Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus dan lalu disantap untuk lauk selama beberapa hari. Yang paling menarik dari kebiasaan ini, kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom, sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat.

Namun seorang penangkap kepiting yang handal selalu tenang meskipun hasil buruannya selalu berusaha meloloskan diri.

Resepnya hanya satu, yaitu si pemburu tahu betul sifat si kepiting.

Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar.

Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya akan menariknya turun… dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar.

Keesokan harinya sang pemburu tinggal merebus mereka semua dan matilah sekawanan kepiting yang dengki itu.

Begitu pula dalam kehidupan ini tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu.

Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita mengalami kesuksesan kita malahan mencurigai, jangan-jangan kesuksesan itu diraih dengan jalan yang nggak bener.

Apalagi di dalam bisnis atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, dengki, atau munafik akan semakin nyata dan kalau tidak segera kita sadari tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.

Kesuksesan akan datang kalau kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya.

Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bisa juga kalah dalam suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini.

Pertanda seseorang adalah kepiting:

1. Selalu mengingat kesalahan pihak luar (bisa orang lain atau situasi) yang sudah lampau dan menjadikannya suatu prinsip/pedoman dalam bertindak

2. Banyak mengkritik tapi tidak ada perubahan

3. Hobi membicarakan kelemahan orang lain tapi tidak mengetahui kelemahan dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk menarik kepiting-kepiting yang akan keluar dari baskom dan melupakan usaha pelolosan dirinya sendiri.

..Seharusnya kepiting-kepiting itu tolong-menolong keluar dari baskom, namun yah… dibutuhkan jiwa yang besar untuk melakukannya

Coba renungkan berapa waktu yang Anda pakai untuk memikirkan cara-cara menjadi pemenang. Dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama. Dan gantilah waktu itu untuk memikirkan cara-cara pengembangan diri Anda menjadi pribadi yang sehat dan sukses.

Betapa pun banyaknya kucing berkelahi, selalu saja banyak anak kucing lahir.

sumber :http://ciptoadhisetiawan.blogspot.com —> anonim



Read More...

GAJI AYAH BERAPA ?

Seperti biasa Ghana, Kepala Cabang Sebuah perusahaan swasta terkemuka diJakarta, tiba dirumahnya pada pukul 9 malam. tidak seperti biasanya, Annisa, putri pertamanya yang baru duduk dikelas 3 SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama “kok, belum tidur?” sapa Ghana sambil mencium anaknya. biasanya Annisa memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika akan berangkat kantor pagi hari. sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Annisa berucap”aku nunggu Ayah pulang, sebab Annisa mo nanya..berapa sih gaji ayah?”

“Lho tumben, kok nanya gaji Ayah? mau minta uang lagi, ya?” “ah..enggak pengen tau aja” ucap Annisa singkat. “OK..kamu boleh hitung sendiri, setiap hari ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp.40.000,- setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu minggu libur, kadang Sabtu Ayah masih lembur. jadi Ayah dalam 1 bulan berapa hayooo?” Annisa berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. ketika Ghana beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Annisa berlari mengikutinya. “kalo satu hari Ayah dibayar Rp.400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp.40.000,- dong” katanya. “wah, pinter kamu. sudah sekarang cuci kaki, terus bobo’ ya” perintah Ghana
Tetapi Annisa tidak beranjak, sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, annisa kembali bertanya, ” Ayah, aku boleh pinjem uang Rp.5000,- enggak?” “sudah, nggak usah macam-macam lagi, buat apa minta uang malam-malam begini? ayah capek, dan mau mandi dulu, tidurlah”. “tapi Ayah…” Kesabaran Ghana pun habis. ” Ayah bilang tidur!” hardiknya mengejutkan Annisa. anak kecil itupun berbalik menuju kamarnya. usai mandi, Ghan nampak menyesali hardiknya. ia pun menengok Annisa dikamar tidurnya. anak kesayangannya itu belum tidur. annisa didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp.15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Ghana berkata, “maafkan Ayah, Nak, Ayang sayang sekali sama Annisa. tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini? kalau mau beli mainan, besok kan bisa. jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun papa kasih” jawab Ghana

“Ayah, aku enggak minta uang. aku hanya pinjam. nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini”. “iya, tapi buat apa? tanya Ghana lembut.

“aku menunggu Ayah dari jam 8. aku mau ajak Ayah main ular tangga. tiga puluh menit aja. mama bilang kalo waktu ayah itu berharga. jadi, aku mau ganti waktu ayah, aku buka tabunganku, hanya Rp.15.000,- tapi karena Ayah bilang satu jam dibayar Rp.40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp.20.000,- tapi duit tabunganku kurang Rp.5000,- makanya aku mau pinjam dari ayah” kata polos Annisa

Ghana pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. dia baru menyadari ternyata limpahan harta yangdia berikan selama ini, tidak cukup untuk “membeli” kebahagiaan anaknya.

Tunaikan hak sesuai tempatnya. paling tidak hak Tuhan kita, hak fisik kita hak sesama manusia (kiriman email kawan)

sumber :http://ciptoadhisetiawan.blogspot.com dari lembaran cerita dimasjid



Read More...

KEPALA IKAN DAN CINTA

Alkisah, pada suatu hari, diadakan sebuah pesta emas peringatan 50 tahun pernikahan sepasang kakek -nenek. Pesta ini pun dihadiri oleh keluarga besar kakek dan nenek tersebut beserta kerabat dekat dan kenalan Pasangan kakek-nenek ini dikenal sangat rukun tidak pernah terdengar oleh siapapun bahkan pihak keluarga mengenai berita mereka perang mulut Singkat kata, mereka telah mengarungi bahtera pernikahan yang cukup lama bagi kebanyakan orang
Mereka telah dikaruniai anak-anak yang sudah dewasa dan mandiri baik secara ekonomi maupun pribadi. Pasangan tersebut merupakan gambaran sebuah keluarga yang sangat ideal.

Di sela-sela acara makan malam yang telah tersedia, pasangan yang merayakan peringatan ulang tahun pernikahan mereka ini pun terlihat masih sangat romantis. Di meja makan, telah tersedia hidangan ikan yang sangat menggiurkan yang merupakan kegemaran pasangan tersebut.
Sang kakek pun, pertama kali melayani sang nenek dengan mengambil kepala ikan dan memberikannya kepada sang nenek, kemudian mengambil sisa ikan tersebut untuknya sendiri.
Sang nenek melihat hal ini, perasaannya terharu bercampur kecewa dan heran. Akhirnya sang nenek berkata kepada sang kakek:
“Suamiku, kita telah melewati 50 tahun bahtera pernikahan kita. Ketika engkau memutuskan untuk melamarku, aku memutuskan untuk hidup bersamamu dan menerima dengan segala kekurangan yang ada untuk hidup sengsara denganmu walaupun aku tahu waktu itu kondisi keuangan engkau pas-pasan. Aku menerima hal tersebut karena aku sangat mencintaimu. Sejak awal pernikahan kita, ketika kita mendapatkan keberuntungan untuk dapat menyantap hidangan ikan, engkau selalu hanya memberiku kepala ikan yang sebetulnya sangat tidak aku suka, namun aku tetap menerimanya dengan mengabaikan ketidaksukaanku tersebut karena aku ingin membahagiakanmu.Aku tidak pernah lagi menikmati daging ikan yang sangat aku suka selama masa pernikahan kita. Sekarangpun, setelah kita berkecukupan, engkau tetap memberiku hidangan kepala ikan ini. Aku sangat kecewa, suamiku. Aku tidak tahan lagi untuk mengungkapkan hal ini.”
Sang kakek pun terkejut dan bersedihlah hatinya mendengarkan penuturan Sang nenek. Akhirnya, sang kakek pun menjawab,
“Istriku, ketika engkau memutuskan untuk menikah denganku, aku sangat bahagia dan aku pun bertekad untuk selalu membahagiakanmu dengan memberikan yang terbaik untukmu. Sejujurnya, hidangan kepala ikan ini adalah hidangan yang sangat aku suka. Namun, aku selalu menyisihkan hidangan kepala ikan ini untukmu, karena aku ingin memberikan yang terbaik bagimu. Semenjak menikah denganmu, tidak pernah lagi aku menikmati hidangan kepala ikan yang sangat aku suka itu. Aku hanya bisa menikmati daging ikan yang tidak aku suka karena banyak tulangnya itu. Aku minta maaf, istriku.”
Mendengar hal tersebut, sang nenek pun menangis.
Merekapun akhirnya berpelukan. Percakapan pasangan ini didengar oleh sebagian undangan yang hadir sehingga akhirnya merekapun ikut terharu
http://ciptoadhisetiawan.blogspot.com/2007/03/kisah-kepala-ikan-dan-cinta.html



Read More...

Jumat, 06 Maret 2009

SEMUT DAN LALAT

Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat.”Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar,” katanya.



Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.

Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan. Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai. Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.

Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua,

“Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?”

“Oh.., itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita”.

Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi,

“Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?”

Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab,

“Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama.”

Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada lebih serius,

“Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini.”

Note :

“Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan cara yang berbeda.”

sumber : http://safruddin.wordpress.com
Read More...

Rabu, 25 Februari 2009

KISAH CINTA SEEKOR CICAK

Ketika sedang merenovasi rumah, seorang pemuda cuba meruntuhkan suatu tembok. Rumah di Japan biasanya memiliki ruang kosong di antara tembok yang dibuat dari kayu. Ketika tembok itu mulai roboh, dia menemui seekor cicak yang terperangkap di antara ruangkosong itu kerana kakinya melekat pada sebatang paku.


Dia merasa kasihan sekaligus heran. Lalu dia memperhati paku itu, ternyata paku tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibuat.

Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan keadaan terperangkap selama 10 tahun??? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikit pun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.

Pemuda itu lalu berfikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!

Pemuda itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. kemudian, tidak tahu dari mana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya…. AHHHH!

Pemuda itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun.

Sungguh ini sebuah cinta…cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor cicak itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja sebuah keajaiban.

Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki kurnia yang begitu mengagumkan.

Moral.
Saya tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu saya mulai berfikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, kekasih, saudara lelaki, saudara perempuan….. Seiring dengan berkembangnya teknologi, akses kita untuk mendapatkan informasi berkembang sangat cepat. Tapi tak peduli sejauh apa jarak diantara kita, berusahalah semampumu untuk tetap dekat dengan orang-orang yang kita kasihi.

JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA KASIHI!!!

Kisah ini berasal dari Japan

sumber : anonymous

http://ciptoadhisetiawan.blogspot.com

Read More...

SI JALAK DAN PERMATA ZAMRUD

PADA suatu masa dahulu ada sekumpulan ayam yang tinggal di dalam sebuah reban. Di dalam reban ini ada lima ekor ayam betina dan seekor ayam jantan. Ayam jantan ini diberi nama Si Jalak.

Si Jalak ialah seekor ayam jantan yang segak. Bulunya berwarna coklat serta berjalur hitam dan bertompok-tompok putih. Ekornya hitam berkilat. Balungnya merah menyala.


Si Jalak mempunyai ramai kawan. Selain dari ibu-ibu ayam yang tinggal sereban dengannya, dia juga berkawan dengan kambing, lembu, angsa dan itik. Jika dia berjumpa dengan mereka, ada sahaja yang hendak dibualkannya.

Si Jalak juga menjadi kesayangan tuannya. Setiap subuh, Si Jalak akan mengokok dengan suara yang nyaring dan merdu. Apabila Si Jalak mengokok di waktu subuh, ” Uk … uk … uk … uuuuuk….,” tuannya akan terjaga. Tuannya pula akan membangunkan seluruh keluarganya untuk menunaikan fardhu subuh.

Pada suatu hari, Si Jalak sedang memakan dedak yang ditabur oleh isteri tuannya di belakang rumah. Anak tuannya yang baru belajar berjalan sedang bermain di halaman. Budak itu berlari mengejar rama-rama yang terbang dekat serumpun pokok bunga mawar.

Si Jalak hanya memerhatikan sahaja budak itu.

Tiba-tiba Si Jalak ternampak seekor ular kapak sedang melingkar di ranting pokok bunga mawar itu. Si Jalak meluru ke arah pokok bunga mawar dan mematuk ular tersebut. Ular itu jatuh ke tanah. Si Jalak terus mematuknya hingga mati. Budak kecil itu terkejut dan terjatuh lalu menangis.

Ibu budak itu turun dari rumah dan berlari mendapatkan anaknya. Didukung anaknya dan dipeluknya. Apabila dia ternampak ular itu, dia terus berlari naik ke rumah dan memberitahu suaminya.

Suaminya turun membawa sebatang buluh. Dia menuju ke arah pokok bunga mawar, tetapi apabila dikuis ular itu, didapatinya ular itu telah mati. Seluruh tubuh ular itu terdapat kesan dipatuk. Dia ternampak Si Jalak berada berhampiran. Tahulah dia bahawa Si Jalak telah menyelamatkan anaknya.

Dia naik semula dan memberitahu isterinya supaya berhati-hati apabila anak mereka bermain di halaman. Katanya, “Mujur juga ada Si Jalak di situ. Si Jalaklah yang membunuh ular itu. Jika tidak, tentulah anak kita dipatuk oleh ular kapak itu.”

Pada petang itu, Si Jalak pun pergilah mencari kambing. Kambing sedang meragut rumput di tepi batas. Si Jalak menegur kambing, “Hai kambing. Pagi tadi aku telah membunuh seekor ular kapak di celah pokok bunga mawar. Mujur juga aku nampak, jika tidak sudah tentu dipatuknya anak tuan kita.”

“Baguslah begitu Jalak. Tentu tuan kita sayangkan kau. Jika tuan kita sayangkan kita, hidup kita pun senang,” jawab kambing. Mereka terus berbual-bual hingga hari senja. Si Jalak dan kambing pun berjalan pulang. Di pertengahan jalan, mereka berjumpa lembu yang baru pulang dari bekerja menarik kereta lembu.

Si Jalak melompat naik ke atas belakang lembu. Mereka bertiga terus berjalan pulang. Sampai sahaja mereka ke rumah tuan mereka, Si Jalak pun terus masuk ke rebannya. Kambing dan lembu pula masuk ke kandang masing-masing.

Subuh esoknya, Si Jalak bangun dan berkokok, ” Uk …. uk …. uk …. uuuk.” Ibu-ibu ayam pun bangun. Mereka turun dari reban bersama anak-anak mereka untuk mencari makan. Si Jalak juga keluar. Kali ini Jalak ingin mencari makan di tempat orang menumbuk padi untuk dibuat beras. Selalunya ada beras yang tumpah dari lesung.

Oleh kerana hari masih awal, belum ada orang di tempat menumbuk padi itu. Si Jalak pun makanlah sekenyang-kenyangnya. Tiba-tiba di terlihat kerlipan hijau dari celah semak. Dia pergi menghampiri cahaya hijau tadi.

Di celah semak itu di lihatnya sebutir batu hijau yang sungguh cantik. Walau pun batu itu kecil sahaja, namun kerlipannya amat menawan hati. Si Jalak menghampiri batu itu dan membeleknya dengan paruhnya. Nampaknya batu ini bukan sebarang batu. Ini mesti batu permata, fikir Si Jalak.

Si Jalak terus mematuk batu itu dan disimpannya di dalam mulutnya. Dia terus pulang. Di pertengahan jalan, Si Jalak bertembung dengan angsa. Angsa menegurnya, “Hai Jalak. Semasa aku berjalan di bawah rumah tuan kita tadi, aku dengar tuan memuji-muji keberanian kau membunuh ular kapak yang bisa kelmarin.”

Si Jalak hanya menganggukkan kepalanya. Dia tidak mahu membuka mulutnya kerana takut batu permata tadi jatuh ke tanah. Angsa menjadi hairan kerana Si Jalak langsung tidak menegurnya. Amboi, baru dipuji sedikit, sudah mula sombong, fikir angsa. Angsa berasa kecil hati atas perbuatan Si Jalak itu.

Apabila sampai di reban, Si Jalak melihat ibu-ibu ayam dan anak-anak mereka sedang berlegar di keliling reban. Si Jalak terus masuk ke dalam reban. Ada beberapa anak ayam cuba mengikutnya masuk ke reban, dikuisnya mereka dengan kakinya. Lari bertempiaranlah anak-anak ayam itu.

“Klak. Klak. Mengapa pula Si Jalak memarahi anak-anak kita ni? Bukannya mereka mengacaunya. Tetapi mengapa pula tidak dibenarkan mereka masuk ke reban?” rungut seekor ibu ayam.

Si Jalak masuk ke reban dan cuba mencari tempat untuk menyembunyikan batu permata itu. Mula-mula diselitkannya di celah dinding buluh reban itu. Kemudian diubahkannya ke bawah sekeping lantai yang longgar. Si Jalak terus duduk di atas kepingan lantai itu. Dia tidak keluar dari reban itu sepanjang hari.

Apabila hari sudah senja, ibu-ibu ayam pun membawa anak-anak mereka masuk ke dalam reban. Mereka hairan melihat Si Jalak duduk di atas lantai reban itu seolah-olah sedang mengeramkan telur. Ibu-ibu ayam tidak berkata apa-apa. Mereka hanya memerhatikan telatah Si Jalak.

Pada malam itu, Si Jalak tidak dapat lena. Dia takut batu permatanya dicuri. Jadi berjagalah dia sepanjang malam. Apabila sudah subuh, Si Jalak pun berkokok, ” Uk … uk …” Si Jalak terlalu mengantuk hinggakan suaranya pun tidak keluar untuk berkokok.

Oleh kerana suaranya terlalu perlahan, tuannya tidak terjaga awal. Apabila tuannya terjaga, dilihatnya matahari sudah tinggi. Bergegaslah tuannya membangunkan keluarganya untuk bersembahyang subuh. Pagi itu mereka bersembahyang subuh gajah. Tuannya merungut kerana Si Jalak tidak berkokok dengan kuat seperti biasa.

Ibu-ibu ayam dan anak-anak mereka pun keluar reban. Setelah mereka keluar barulah Si Jalak melelapkan matanya. Dia tidak keluar dari rebannya untuk mencari makan. Dia hanya tidur di dalam rebannya sehari suntuk. Apabila sudah petang, perutnya berasa lapar, tetapi dia tidak mahu keluar kerana takut meninggalkan batu permatanya.

Pada subuh esoknya, Si Jalak terjaga apabila hari sudah siang. Rebannya pun telah kosong kerana semua ibu dan anak ayam sudah lama keluar untuk mencari makan. Si Jalak terdengar tuannya marah-marah kerana Si Jalak tidak berkokok subuh itu.

Si Jalak berasa sangat lapar kerana sudah dua hari tidak makan. Oleh kerana terlalu lapar dan haus, Si Jalak terpaksa keluar. Sebelum dia keluar, dia telah mengubah tempat persembunyian batu permatanya. Kali ini dimasukkannya batu permata itu ke dalam sebuah lubang kecil di tepi dinding.

Si Jalak pun keluar reban. Dia berlari ke belakang rumah tuannya dengan harapan ada makanan. Rupanya semua makanan yang disediakan oleh isteri tuannya telah dimakan oleh ibu-ibu ayam, anak-anak ayam, itik dan angsa.

Si Jalak menjadi marah kerana sudah tiada apa yang ada untuk dimakan. Dia tidak pergi ke tempat orang menumbuk padi kerana tidak mahu berjauhan dari batu permatanya.

Itik datang menghampirinya lalu berkata, “Hai Jalak. Sudah dua hari kamu tidak keluar reban. Adakah kamu sakit?”

“Kalau aku sakit pun, bukan menyusahkan kamu!” jawab Si Jalak dengan sombong. Itik sungguh terkejut mendengar jawapan Si Jalak hinggakan tidak dapat berkata apa-apa. Itik terus berundur dari situ dan pergi mendapatkan angsa.

“Betul juga kata kamu, angsa. Si Jalak sudah menjadi bongkak,” lalu itik menceritakan apa yang berlaku sebentar tadi. Angsa hanya menggeleng-gelengkan kepala seolah-olah tidak percaya apa yang terjadi. Ini adalah kerana mereka berkawan rapat dengan Si Jalak sejak kecil lagi.

Si Jalak pula pergilah ke kawasan limbah di belakang dapur untuk mencari makanan. Dia tahu bahawa makanan di situ tidak bersih, tetapi kerana terlalu lapar, dimakannya juga apa yang ada di limbah itu. Biarlah tak kenyang, tetapi aku sekarang ada batu permata, fikir Si Jalak.

Lepas makan, Si Jalak terus masuk ke rebannya. Dia terus memeriksa lubang tempat dia menyembunyikan batu permata itu. Dilihatnya batu permata itu masih ada di dalam lubang. Dia kemudian menyumbatkan jerami padi ke dalam lubang supaya batu permata itu tidak dapat di lihat langsung.

Beberapa hari berlalu. Perangai Si Jalak berubah terlalu mendadak. Ibu-ibu ayam berbincang sesama sendiri. Itik dan angsa pula pergi berjumpa kambing dan lembu menceritakan telatah Si Jalak.

Lembu kemudiannya menceritakan perbualan tuan mereka dengan seorang petani ketika dia menarik kereta lembu pagi. Tuannya berhajat hendak membela ayam jantan yang lain kerana Si Jalak sudah tidak boleh berkokok pada waktu subuh lagi.

Itik dan angsa pulang dan berjumpa ibu-ibu ayam. Mereka menceritakan apa yang mereka dengar dari lembu. Ibu-ibu ayam menjadi susah hati kerana mereka telah mengenali Si Jalak dari mereka kecil lagi. Kalau ayam jantan lain datang, mereka tentu terpaksa menyesuaikan diri dengan ayam jantan yang baru pula.

Ibu-ibu ayam bermesyuarat mengenai pengembangan terbaru ini. Mereka bersetuju untuk berhadapan dengan Si Jalak untuk mencari penyelesaian masalahnya. Kelima ibu ayam itu pun masuk ke reban.

Di dalam reban itu mereka jumpa Si Jalak yang sedang duduk bersandar ke dinding. Ibu ayam yang tertua berkata, “Hai Jalak. Kami ingin bertanyakan sesuatu dari kamu. Kami harap kamu bersedia menyatakan masalah kamu.”

“Yang kamu semua sibuk ni, mengapa?” kata Si Jalak dengan angkuh.

“Kami sibuk kerana kami dapat tahu bahawa tuan kita hendak menggantikan kamu dengan ayam jantan yang lain. Jika itu betul, kami rasa kamu akan disembelih untuk dibuat lauk kerana sekarang ini kamu tidak berguna lagi,” kata ibu ayam.

Rasa nak pitam Si Jalak mendengar kata-kata ibu ayam itu. Memang benar sudah hampir seminggu dia tidak berkokok kerana badannya lemah dan selalu tak cukup tidur. Kata ibu ayam lagi, “Sekarang ini kawan-kawan baik kamu semuanya mengatakan bahawa kamu ini sombong. Tetapi mereka semua masih sayangkan kamu. Itulah mereka selalu bertanya khabar. Cuma kamu sahaja tidak menghargai persahabatan mereka.”

Si Jalak berasa sangat sedih. Sejak dia berjumpa batu permata ini, hidupnya menjadi susah. Setiap hari dia tidak cukup makan. Kawan-kawannya pula terpaksa menjauhkan diri kerana dia tidak mempedulikan mereka. Tuannya yang dahulu menyayanginya, kini hendak menggantikan dia dengan ayam jantan yang lain. Ibu-ibu dan anak-anak ayam juga sering berkecil hati kerana dia selalu memarahi mereka jika mereka menghampiri tempat dia menyembunyikan batu permatanya.

Setelah berfikir dengan mendalam mengenai masalahnya, Si Jalak pun berterus terang dengan ibu-ibu ayam. Mereka pun meminta ditunjukkan batu permata itu. “Klak. Klak. Klak. Cantiknya batu permata hijau ini. Patutlah kamu amat menyayanginya,” kata mereka. Tetapi Si Jalak telah pun membuat keputusan dia tidak mahukan batu permata ini lagi, walau bagaimana cantik pun.

Si Jalak mengutip batu permata itu dengan paruhnya dan dibawanya keluar dari reban. Dia berjalan ke arah rumah tuannya. Dilihatnya isteri dan anak tuannya sedang duduk dibawah pokok jambu air di tepi rumah. Dia pergi kepada isteri tuannya dan diluahkannya batu permata hijau itu. Batu permata itu pun jatuh ke tanah di tepi kaki isteri tuannya itu.

Melihatkan batu berwarna hijau diluahkan oleh Si Jalak, isteri tuannya itu pun tunduk dan mengambil batu itu. “Aduh. Bertuah betul kamu ini Jalak! Batu zamrud yang terjatuh dari cincin perkahwinanku dulu telah dijumpai. Sudah hampir seminggu aku mencarinya, baru sekarang berjumpa,” kata isteri tuannya sambil memanggil suaminya turun.

Suaminya pun turun dan ditunjukkan batu zamrud yang dijumpai oleh Si Jalak. Tuan Si Jalak sungguh gembira kerana sudah seminggu isterinya bersugul kerana kehilangan batu zamrud itu. Si Jalak berlalu dari situ dengan senang hati. Dia pergi mencari kawan-kawannya itik, angsa, kambing dan lembu untuk meminta maaf kepada mereka atas sikapnya akhir-akhir ini.

Sejak hari itu, Si Jalak berkokok setiap waktu subuh dengan suara yang lebih nyaring dan merdu. Tuannya juga tidak lagi bangun lewat dan sentiasa dapat mengerjakan sembahyang subuh tepat pada waktunya. Si Jalak terus disayangi oleh tuannya seisi keluarga. Kawan-kawan Si Jalak juga gembira kerana Si Jalak kembali menjadi riang dan peramah.

Sumber Asal :
Mohamed Yosri Mohamed Yong

Read More...